Minggu, 27 September 2015

URGENSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI PENGEMBANGAN KUALITAS PEMBELAJARAN

PEMBAHASAN

A.    URGENSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI PENGEMBANGAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Para  penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyakmenerima kritik dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan siswa itu sendiri  tentang berbagai hal mulai dari nilai UAS (ujian akhir sekolah) maupun nialai UNAS (ujian akhir nasional) yang menurun, penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreativitas dalam proses pembelajaran, dan sikap penolakan terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas di luar tugas pokok yang dibebankan oleh guru.
   Berbagai upaya untuk melepaskan dari kritik-kritik tersebut telah di lakukan , antara lain:
1.      Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penataran bagi guru;
2.      Meningkatkan kulitas pendidikn guru melaui berbagai penyetaraan, pendidikan kembali (reschooling) maupun pendidikan lanjutan;
3.      Pengadaan buku pegangan;
4.      Peningkatan sarana-prasarana serta fasilitas baik laboratoriom maupun perlengkapan yang di yakini akan memberikan urunan kepada peningkatan kuaitas pembelajaran siswa; dan
5.      Melakukan penelitian.   
Memang harus diakui bahwa upaya-upaya tersebut telah banyak memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa upaya-upaya tersebut sedikit banyak telah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru, tetapi masih dipandang perlu adanya usaha lain guna pencapaiaan hasil belajar siswa yang lebih optimal. Satu upaya kearah peningkatan profesionalisme guru sebagai agen pembelajaran dalm upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah:
1.      Pemberdayaan guru sebagai desainer (perancang) sekaligus pemakai rancangan dimaksud dan
2.      Pemberdayaan guru sebagai peneliti dalam bidangnya (proses pembelajaran)
Hal ini cukup beralasan, karena dalam dunia penelitian meskipun banyak menyumbangkan perbaikan, tetapi pada penelitian tenteng proses pembelajaran dilakukan sebagai kegiatan terpisah dari rutinitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Penelitian itu menggunakan pendekatan research Development-Dissimination (RDD),prinsipnya bersifat Top-Down,  kuat orientasi teoritiknya, dan generalisasidiolah dan dianalisis dahulu baru selanjutnya diujicobakan di lapangan, dan apabila bermanfaat baru diimplementasikan secara luas. Pendekatan penelitian semacam inimemiliki dua kelemahan yaitu:
(1). Hasilnya tidak dapat segera digunakanuntuk memperbaiki mutu pembelajaran dan;
(2). Karena guru tidak terlibat langsung dalam penelitian, maka penghayatan akan masalah dan usaha-usaha perbaikannya sering kurang mengena.
Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembanganpemikiran baru, khususnya managemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitik beratkan pada upaya perbaiakan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasiinternal pendidikan dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to intrnally initiate endeavor for quality improvement) dan bersifat pragmatis naturalisme.
Merujuk pada permasalahan tersebut, maka peningkatan mutu pendidikan seharusnya dilakukan lebih fokus dan komprehensif melalui bebrapa cara antara lain: peningkatan kualitas pendidikan dam tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau memberikan kesempatan menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali, upaya meningkatan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberikan dampak positif ganda.
·          Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata.
·         Peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar
·         Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
·         Penerapan prinsip pembelajaran berbasis pendidikan
Undang-undang RI nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, merupakan bukti pengakuan terhadap profesional pekerjaan guru dan dosen semakin mantap. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan  di atas kebutuhan hidup minuman dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
            Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as usual  seperti era sebelumna, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya mengajar maupun membimbing peserta didik.
            Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode pembelajaran . sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat prefessional judgement  yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mut pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi.
            Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususna penelitian tindkan kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai resources person  atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran.
            Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran apat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis, upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture)  dikalangan dosen  di LPTK, dan guru siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.
B.     PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM HUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.      Hubungan penelitian tindakan kelas dengan peningkatan profesionalitas guru
Pengakuam guru sebagai tenaga profesional merupakan bagian dari pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran (learning agent).  Yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
            Berbicara mengenai peran guru sebagai agen pembelajaran, maka pada dasarnya guru memilih multi peran antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, prekayasa pembelajaran dan memberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
            Mengingat sangat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran tersebut, maka pendekatan dalam memanfaatkan penelitiaan untuk memperbaiki pembelajaran lebih beriorentasi pada guru yang tidak saja sebagai objek, melainkan juga sekaligus sebagai subjek (pelaku) penelitiaan. Guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuaan dari hasil penelitiaan, melainkan juga bertanggung jawab sebagai perancang (designer) dan pelaku penelitian. Penelitian dengan pendekatan ini dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
                Dalam kegiatan tersebut, guru sebagai professional dengan multi kompetensi di tuntut untuk dapat menggambarkan hah-hal penting dari apa yang dilakukan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan pembelajaran sedemikian rupa  sehingga ia terbebas dari subyektivitas yang menyesatkan. Olah karena itu pencatatan dilakukan secermat  mungkkin dan seobyektif mungkin. Ia akan menghindarkan diri dari penggambaran pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya evaluative. Ia akan berusaha untuk mencatat kejadian sedeskriptif mungkin.
            Catatan-catatan itu selanjutnya akan ia pikirkan secara  jernih dan akan ditafsirkan kebermaknaannya bagi keberhasilan anak didiknya. Dalam menafsirkan kejadian-kejadian tersebut mungkin seorang guru memerlukan teman sejawat sehingga ia dapat memahami kejadian-kejadian tersebut secaraa arif dan professional, artinya tidak dicampuri dengan kepentingan-kepentingan pribadi atau hal-hal yang sifatnya  emosional. Mungkin pula ia merasa perlu untuk  menanyakan kepada siswa mengapa hal tersebut terjadi. Proses pemikiran kembali kejadian-kejadian  dialami dengan menggunakan akal sehat yang jernih dinamakan proses refleksi. Sedangkan proses untuk mengadakan penafsiran dan mengecek penafsiran itu kepada pelaku lain dalam hal ini murid atau berdiskusi dengan kawan sejawat sehingga guru memperoleh kesimpulan yang mendekati kebenaran dinamakan proses triangulasi.dari titik inilah awal seseorang memperoleh kesempatan mengidentifikasi dan merumuskan masalah dari kinerjanya sendiri.
            Pada saat sebelum guru melaksanakan proses belajar mengajar tentu ia mempunyai rencana yang biasa yang disusun kemudian dia menerapkannya, merefleksikan pengalaman dalam proses pembelajaran siswa, mencatat pengalaman-pengalaman tersebut, kemudian mengadakan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut, dan selanjutnya guru menafsirkan masalah-masalah yang bersumber dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk menyusun perencanaan yang baru yang diharapkan akan membawa perubahan perbaikan selanjutnya perencanaan baru tersebut akan diterapkan kembali, direfleksi kembali, dan dari analisis  kritis akan ditetapkan tindak lanjut berikutnya.
            Proses perencanaan, menerapkan, mencatat kejadian, merefleksi, merencanakan kembali, dan menerapkan kembali rencana perbaikan, merupakan siklus kegiatan yang pada dasarnya berlangsung terus-menerus sepanjang kurun waktu proses pembelajaran tersebut diatur dalam satuan –satuan tertentu, minggu, bulan, semester dan seterusnya.
            Penelitian kaji tindak yang dilakukan dikelas, dimulai tatkala guru sadar ada sesuatu yang harus diubah. Guru yang bersifat rutin tidak akan merasakan kebutuhan tersebut. Guru yang professional mudah “tersengat”untuk melihat ketidakberesan dalam pekerjaan.
            Dalam mengembangkan diri tidak menunggu petunjuk melainkan mengarahkan diri sendiri dalam pekerjaannya. Menafsirkan kejadia, mengidentifikasi problem, merencanakan perbaikan, dan melaksanakan rencana tersebut.
            Ia tidak bekerja sendiri melainkan berbagi pengalaman. Bekerjasama dengan sejawat, dan berdiskusi dengan fasilitator/orang lain. Menambah dan memperbaiki sikap, keterampilan pengetahuan profesionalnya secara terus menerus.

2.      Penelitian Tindakan Kelas sebagai Penelitian Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah
Penelitian tindakan kelas sebenarnya merupakan ajang bagi guru untuk berfikir kreatif guna memecahkan masalah dikelasnya. Kreativitas dalam membelajarkan peserta didik, itulah hakikat dari tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran dikelas. Tindakan yang dirancang guru kebanyakan berdasarkan atas sebuah teori  yang diambil dari buku tertentu. Namun sebenarnya tindakan tersebut dikembangkan dan disempurnakan, maka lama kelamaan akan menjadi sebuah tindakan yang berbeda dari wujud awalnya. Inilah hasil kreativitas itu, yang mana kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu pproduk baru. Ciptaan itu tidak seluruh produknya harus baru, ungkin saja kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya. Demikian juga dalam inovasi pembelajaran, tidak seluruhnya harus baru, namun harus ada bukti bahwa hasil inovasi tersebut memiliki kelebihan dengan model sebelumnya. Jadi disini dibutuhkan kreativitas guru, dalam hal ini kreativitas guru adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dapat pula kita lihat sebagai suatu proses dan hal ini mungkin akan lebih esensial. Dengan demikian proses tindakan dalam penelitian tindakan kelas dapat menjadi hasil inovasi baru yang berupa sebuah model proses pembelajaran, yang memiliki ciri khas tertentu yang berbeda dengan model pembelajaran sebelumnya serta memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang belum dimiliki model pembelajaran sebelumnya.
3.      Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani curir  yang artinya pelari, dan curere artinya  tempat berpacu atau tempat lomba. Dan curriculum berarti “jarak” yang harus ditempuh. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran, sebagaimana termuat dalam Webster dictionare (1995) dalam Nurdin S dan Usman BM yang mendefinisikan kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran disekolah atau diakademi yang harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
Menurut Soedjadi kurikulum adalah sekumpulan pokok-pokok materi ajar yang direncanakan untuk member pengalaman tertentu kepada peserta didik agar mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun menurut departemen pendidikan Nasional kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum tidak diartikan secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan. Dapat dinamakan kurikulum, termasuk juga proses belajar mengajar, mengatur strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sejenisnya.
Konsep yang dianut adalah, bahwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah guru. Hal ini dengan semangat yang termaktub dalam pasal 1 ayat (15) peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan  (SNP), yang menyatakan:
“Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi  serta kompetensi dasar yag dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka hal-hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum (KTSP) adalah sebagai berikut:
1.      Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
2.      Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum dan silabusnya  berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan (E. Mulyasa, 2007:21)
Dengan demikian jelaslah, bahwa dalam mengembangkan kurikulum maka unsure guru mutlak diperlukan, karena gurulah yang paling tahu mengenai kondisi tingkat kemampuan peserta didik.
Penelitian kaji tindak melaksanakan baik pengembangan kurikulum maupun penelitian. Pada saat kurikulum disampaikan kepada guru, ia akan menggunakannya dengan baik jika ia merasa tertarik, memperhatikan dan memenuhi kebutuhannya dilapangan. Selanjutnya kesempatan untuk terlibat aktif dalam mengimplementasikan kurikulum memungkinkan ia member sumbang saran berupa balikan (feedback) untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
Disinilah terjadi integrasi antara penguasaan guru akan materi pelajaran, pengetahuan tentang karakteristik perkembangan dan kebutuhan siswa, pengetahuan tentang strategi belajar mengajar dan sikap serta motivasi guru.




















DAFTAR PUSTAKA
Trianto, Penelitian tindakan kelas, 2011, Jakarta: Prestasi pustakaraya



Jumat, 11 September 2015

CeLut "cerita lucu"


Di bawah pohon mangga Unyil dan Usrok main tebak-tebakan sembari menunggu petang.....

  • Unyil : srok, siapa artis yang paling di tunggu2 pas bulan ramadhan???

  • Usrok : siapa ya "tampang mikir",mmm ustad Solmet.

  • Unyil : bukan.

  • Usrok : siapa????, Opik???

  • Unyil : haha, bukan. nyerah???

  • Usrok : nyerah deh "tampang ngak ikhlas"

  • Unyil : artis yg paling laku ya AFGAN :D

  • Usrok : kok Afgan???

  • Unyil : iya, AFGAN MAGHRIB...hahahahahaha


******************************************************************************************************************************
:D :D :D :D :D

Tips mencapai kerendahan hati


  • Berbicara sedikit mungkin tentang diri sendiri
  • Uruslah sendiri urusan-urusan pribadi
  • Jangan mencampuri masalah orang lain
  • Jangan memusatkan perhatian kepada kesalahan orang lain
  • Terimalah pertentangan dengan kegembiraan
  • Terimalah perasaan tak diperhatikan/dilupakan/dipandang rendah
  • Terimalah celaan walaupun anda tidak layak untuk menerimanya
  • Bersikap sopan dan peka, sekalipun seseorang memancing amarah anda
  • Janganlah mencoba agar anda dikagumi dan dicintai
  • Bersikaplah mengalah dalam perbedaan pendapat, walaupun anda yang benar
  • Mengenal diri sendiri membuat kita berlutut yang rendah hati.

Nah, itulah tips-tips yang dapat saya bagi untuk mencapai kerendahan hati, Semoga kita menjadi manusia-manusia yag lebih baik ..ingat!!! KUN ANTA :)

Ciri-ciri GURU YANG BERKARAKTER


  • Mencintai anak : Mencintai anak dengan segenap hati harus dimiliki oleh seorang guru. guru yang mencintai anak didiknya  akan selalu berusaha membahagiakan anak didiknya dengan proses belajar yang menyenangka. ini adalah modal utama dari seorang guru.
  •  Memahami latar belakang sosial budaya peserta didik : Dengan latar belakang peserta didik, guru akan dengan mudah mengembangkan metodologi pengajaran apa yang tepat guna mempermudah siswa dalam menyerap pengetahuan dan memahami nilai-nilai apa yang akan ditanamkan. Pemhaman guru akan latar belakang siswa tidak boleh melahirkan diskriminasi dalam proses pembelajaran namun menghasilkan siswanya sebagai individu-individu/pribadi yang unik dan memiliki kekhasan tersendiri. disini guru harus mengembangkan sikap menghargai keberadaan setiap individu siswa bersama kelebihan dan kekurangannya.
  •  Stabilitas emosi yang stabil : Seorang guru harus bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan peserta didik. hal ini penting untuk mendukung terciptanya  proses belajar mengajar yang menyenangkan. Muka yang ramah, tutur kata yang bersahabat dapat menciptakan suasana belajar nyaman tanpa tekanan. 
  •  Memiliki daya motivasi : Guru yang berkarakter akan mampu meyakinkan para sisiwanya bahwa mereka memiliki potensi untuk berubah kearah yang lebih baik, dapat beranjak dari kemiskinan dan kebodohan, dan dapat hidup lebih baik sehingga memiliki kehidupan yang sukses dimasa mendatang. Motivasi kepada peserta didik harus terus di tanamkan sehingga tumbuh kepercayaan diri dalam diiri mereka bahwa mereka dapat menjadi orang yang mandiri, cerdas dan bermasa depan cerah. 
  •  Mencintai profesi guru : guru yang mencintai profesinya akan mencurahkan seluruh perhatian, keahlian, dan intelektualitasnya untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. ia akan berusaha semaksimal mungkin berbuat yang terbaik untuk siswa-siswanya.
  •  Tidak berhenti belajar : guru tak henti-hentinya untuk belajar dan akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga guru menjadi sosok yang berilmu, cerdas dan berwawasan luas.

Itulah beberapa ciri-ciri GURU YANG BERKARAKTER semoga ilmu yang saya bagikan dapat bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca, dan ini adalah postingan pertama saya di blog ini :D,  jangan bosan-bosan mampir ke blog saya ya!!! :) karena postingan-postingan selanjutnya pasti akan lebih seru-seru dan pastinya bermanfaat bagi para pembaca :) :) :)